Memasuki
areal pura , suasana sakral sore itu sangat terasa. Disamping umat Hindu yang sedang melaksanakan
persembahyangan juga terlihat persiapan diadakannya upacara mepepada atau
melaksanakan korban suci seekor kerbau.
Kerbau tersebut disucikan terlebih dahulu sebelum dipersembahkan sebagai
korban suci yang tujuannya adalah menunjukkan sujud bakti terhadap Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Sedangkan dari luar candi bentar atau pintu masuk pura
terlihat atraksi Barongsai memasuki areal pura jaba tengah.
Bukan
suatu hal yang kebetulan bila ada sebuah pura di Bali yang mementaskan atraksi
Barongsai dalam setiap piodalan. Pura tersebut adalah Pura Dalem Balingkang
yang terletak di Kabupaten Bangli , Kecamatan Kintamani, Desa Pinggan. Desa yang terletak sekitar 15-20 kilometer ke
arah timur laut dari Pura Puncak Penulisan di jalur Denpasar Singaraja lewat
Kintamani. Atau sekitar 60 km dari Kota Denpasar.
Udara
sejuk khas pegunungan, menyapa umat Hindu yang hendak bersembahyang ke Pura Dalem
Balingkang. Hari itu tepat pada Purnama Sasih Kelima, diadakan piodalan di Pura
Dalem Balingkang. Upacara yang diadakan setiap tahun sekali itu selalu selalu
diadakan tepat pada Purnama sasih kelima, penanggalan Bali atau saat bulan purnama
sekitar bulan Nopember.
Struktur bangunan pura, tergolong unik karena
menyerupai sebuah istana raja. Pura Dalem Balingkang memang dipercaya konon sebagai
istana Raja Maya Danawa dan kemudian dijadikan pura oleh umat Hindu setempat. Komplek pura pertama atau di awal adalah Pura
Tanggun Titi di ujung sebuah jembatan diatas Sungai Melilit dan disana terdapat pula sumber mata air atau
disebut Taman. Disinilah kerbau yang akan dikorbankan tersebut disucikan.
Kompleks
kedua adalah tanah lapang , dulu sering dipakai tempat penginapan bagi umat
yang hendak bermalam di pura. Berikutnya adalah jaba tengah. Dan terakhir
jeroan atau komplek utama. Salah satu yang sangat menarik dalam kompleks jaba
tengah adalah pelinggih atau tempat pemujaan
Ratu Ayu Mas Subandar. Pelinggih tersebut di dominasi oleh warna merah
dan kuning emas dengan nuansa tempat pemujaan bagi umat Budha atau wihara. Di Pura ada wihara? Sekelebat pertanyaan muncul. Kesan pertama adalah wujud toleransi yang
luar biasa.
Saya mencoba menelusuri asal muasal adanya pelinggih yang bernuansa Cina di dalam
Pura Dalem Balingkang. Tersebutlah seorang raja yang bernama Raja Jaya Pangus
Harkajalancana yang memerintah wilayah Pinggan di tahun 1103-1191 Saka atau 1181 – 1169 Masehi. Pada saat pemerintahan beliau datanglah seorang
pedagang dari Cina yang bernama Tuan
Subandar dan putrinya yang bernama Kang Cing Wie. Karena kecantikan putri
pedagang dari Cina tersebut maka Raja Jaya Pangus menjadikannya istri kedua
yang bergelar Sri Mahadewi Sasangkaja Cihna atau Kang Cing We.
Setelah istri keduanya tersebut
meninggal, karena cintanya, dibuatkanlah sebuah tempat pemujaan yang diberi
nama Pelinggih Ratu Ayu Mas Subandar, untuk memuliakan dan memujanya. Sampai
hari ini pelinggih tersebut dipuja oleh masyarakat Tionghoa khususnya dan
masyarakat Bali pada umumnya.
Adapun asal muasal nama Pura Dalem Balingkang adalah merupakan gabungan dari kata Bali-Ing-Kang dan kemudian lama kelamaan dalam pengucapan menjadi Balingkang. Selain mempunyai fungsi religious, untuk meningkatkan iman dan takwa terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, pelinggih Ratu Ayu Mas Subandar juga berfungi sosial yaitu meningkatkan persatuan serta terjalinnya hubungan harmonis antar umat beragama dan fungsi akulturasi dengan adanya kebudayaan baru dalam bentuk bangunan, yang merupakan perpaduan antara budaya Bali dan Tionghoa (Cina)
Yang unik dalam setiap perayaan
piodalan di Pura Dalem Balingkang adalah dipertunjukkannya atraksi Barongsai.
Barongsai yang diyakini umat dari etnik Tionghoa. Kala itu pasukan dari raja
Song Wen kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri
Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa
untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Dan ternyata upaya itu sukses sehingga akhirnya
tarian Barongsai itu melegenda sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar