Mengenai Saya

Foto saya
aku adalah kamu, kamu adalah aku,

Minggu, 13 Oktober 2013

Melasti dan Sungai Gangga

Pagi itu matahari baru muncul malu malu di ufuk timur. Namun suara gong yang membahana telah terdengar di sepanjang jalanan desa Les , Kecamatan Tejakula , Kabupaten Buleleng, Bali. Orang- orang memadati jalanan desa pagi itu, lengkap dengan pakaian adat yang bersih. 

Hari itu, tepatnya Sabtu , 12 Oktober 2013 atau bertepatan dengan Saniscara Wage Wuku Julungwangi, menginjak sasih kapat ( bulan keempat) dalam kalender Bali, diadakan upacara melasti atau sering juga disebut dengan mekiyis atau melis dalam rangka piodalan ring Pura Desa Adat Les Penuktukan . 

Piodalan diawali dengan 'mendak' (menjemput)  betara betari sami, dari pura - pura yang diamong  desa adat Les Penuktukan tanggal 11 Oktober 2013. Setelah betara betari 'melinggih' di Pura Desa, keesokan harinya diadakan penyucian buana alit ( dalam diri manusia ) dan buana agung ( alam semesta) sebab menjelang diadakan karya suci sehingga perlu menghilangkan leteh ( kekotoran ) baik dalam diri maupun di alam semesta. 

Penyucian dalam diri manusia ditandai dengan nunas tirta atau minum air suci dan bersembahyang, sedangkan penyucian alam semesta ditandai dengan membersihkan alat upacara termasuk pratima (semacam patung yang berwujud dewa )

Pagi itu sekitar pukul enam iring iringan upacara melasti terlihat sangat panjang. Diiringi suara gong yang bertalu talu , suara kidung yadnya, iring iringan berjalan dari depan Pura Desa menuju ke pantai yang terletak di sebelah utara desa sekitar 2 kilometer. 

Upacara melasti selalu dilaksanakan di pantai, sungai atau mata air. Secara filosofi , mengapa melasti diadakan ke pantai karena pantai merupakan muara dari sungai Gangga yang terletak di India,  yang dipercaya oleh  umat Hindu sebagai sungai suci .

Sedikit kisah yang merupakan asal mula dari sungai gangga adalah adanya tapa brata yang dilakukan oleh Prabu Bagirathi, seorang raja keturunan Prabu Salwa, di negara Hastinapura yang tertuang dalam kisah Mahabrata. Beliau bertapa karena ternyata beberapa dari leluhur beliau ternyata tidak masuk surga karena berdosa dan tidak suci akibat kutukan dari seorang pertapa yang mereka bunuh di masa lalu. Karena itu Prabu Bagirathi bertapa mohon kepada Dewa Siwa agar memberikan kesucian bagi leluhurnya itu. Dewa Siwa pun mengabulkan doanya dan menurunkan Sungai Gangga.

Dengan diadakan upacara melasti ini maka diharapkan manusia dan lingkungan Desa Adat Les Penuktukan  mendapatkan kesucian sehingga upacara Piodalan yang akan berlangsung sampai pada Purnama Sasih Kapat tanggal 19 Oktober 2013, dapat berjalan dengan aman , dan lancar serta diterima segala persembahan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa. ( dias )